yang terlupa dari part 1 adalah teman saya, panda
yang berambut gimbal (pada waktu itu masih)
memang ada semacam patroli polisi di dalam kereta
entah mengapa selalu saja tiap ia melewati panda
selalu saja tangannya tak tahan untuk menyentuh rambutnya
meskipun tidak secara kasar, namun bila polisi lewat
terutama sedang tidur, ia sontak selalu terbangun
saya hanya bisa tertawa kecil saja melihatnya
dan ini bukan tidak sengaja, karena terjadi berulang kali
lanjut adalah orang orang setelah kita berada di jogja
sampai pada pukul 6 pagi, masih sangat lengang disana
tapi suasana di stasiun lempuyangan lumayan sedikit ramai
kita berjalan kaki, dengan tujuan malioboro
lumayan jauh, melewati perumahan kecil
tembok tembok dipenuhi yang mereka sebut street art
toko toko yang masih tutup, hanya pedagang nasi pecel
yang sudah menyuguhkan dagangannya, kami menahan lapar saja
sesampainya di jalan pasar kembang, lalu kami mencari penginapan
karena tahun baru jadi banyak yang penuh dan harganya mahal
di jalan kami bertemu dengan sandy begitu ia menyebut dirinya
mungkin semacam pemuda setempat atau bisa disebut cocolok
cowo cowo lokal, begitulah teman saya menyebutnya
bersama dia kami mencari penginapan, ke berbagai tempat
sambil jalan ia berbincang bincang tentang kehidupan di jogja
tentang keserakahan orang jakarta yang hidup hanya untuk uang
katanya di jogja tidak perlu itu semua
yang penting itu disini (maaf) mabuk dan (maaf) bersenggama (waduh)
seorang teman dengan sontak menanyakan tentang minuman
kalua, kluak, atau apalah yang pokonya berasa kopi
teringat titipan temannya di bandung
akhirnya menemukan penginapan juga, di losmen fadel
kamar cukup luas dengan 2 tempat tidur
cukup untuk kami berlima yang penting sih
dengan harga 50rb per orang untuk 3 hari 3 malam
lepas dari sandy, kami disambut oleh bapak yang punya losmen
sekitar 70an mungkin umurnya, yang jelas ia sangatlah ramah
oh iya pesan dari sandy kalau ingin mencari minuman itu
nanti malam sajalah, dia temani berkeliling keliling
yang aneh adalah tukang becaknya
bertemu di tengah jalan, karena kita sudah berjalan jauh sekali
dari malioboro ke gondomanan, lalu berjalan sampai alun alun kidul
nanti itu ada ceritanya lagi, karena yang kita bahas adalah
kita minta diantar keliling dengan sepakat 5000
ke tempat seperti pabrik bakpia, tempat jembe, malioboro
setelah mencari jembe tidak pernah ketemu
lalu diantar bukan ke pabriknya bakpia, dan jelas mahal
kita ga beli lah, toh itu mahal dan jelas tidak segar
kemudian kami diturunkan di alun alun kidul lagi
dengan muka dan ngedumel ga enak dia menurunkan kami
teman saya pun memaki dengan bahasa sunda (untungnya)
kemudian pada malam senang senang terakhir disana
kami mencoba makan di lesehan malioboro
beberapa menit kami duduk lalu ada pengamen
bentuknya seperti preman dan bertato dimana mana
dengan muka yang tidak friendly dan suara yg jelek
jujur saja, dia lebih ke arah preman daripada pengamen
tapi hatinya mellow, bernyanyi lagu katon bagaskara
jogjakarta tepatnya, walaupun dengan dandanan metalnya
apresiasi kita hanyalah maaf tidak ada mas
lalu teman saya mengeluarkan receh dua ratus
yang sontak dikembalikan lagi dengan ngedumel
rambut aja gaul mas (lagi lagi teman saya panda)
lanjut adalah ibu ibu sinden yang bernyanyi dengan nada tinggi
karena kami lagi ngobrol, kami berbarengan melihat ke arahnya
lalu ia tersedak, dan menyalahkan kami karena mengagetkannya
setelah ia pergi, datang lagi sinden berikutnya
inilah puncak ketidakpuasan kami
setelah berkali kali kami menolaknya, akhirnya berhenti juga
tapi ia malah menyalahkan kami,
"ya kalo ga mau bilang dari tadi dong mas"
loh kok?
saat kami pulang ke losmen ada dua orang cowo cewe
sedang berbincang dengan bapak losmen
lalu terdengar dari logatnya yang bandung
kami bertanya," loh mbak dari bandung juga?"
"iya, kalian dari mana?"
"senirupa" jawab teman saya
langsung ia menunjuk ke sablonan kaosnya
tertulis disitu "monster of rock 2004"
adalah acara band band keras di kampus kami
yang biasa angkatan genap yang membuatnya
sontak langsung terjadi perbincangan diantara kami
mereka angkatan 2000, yg cewe seni keramik
sedangkan yang cowok kalau saya tidak salah seni lukis
ternyata si cowoknya itu pameran di bienalle
tepatnya di sangkring, tempatnya putu wijaya
kami bertemu rombongan lain dari bandung
dan setelah janjian untuk makan malam bersama
akhirnya terjadilah percakapan sunda di warung jawa
mereka menginap di kota gede tempatnya si bonggal
beberapa kali bertemu cita tami yang nginep di jalan dagen
dan rombongan anak patung dan seni murni di sosrowijayan
yang paling berkesan adalah ketika di stasiun lempuyangan
main kartu sambil menunggu kereta pulang
sesekali terdengar suara kembang api dari arah kota
karena memang itu malam tahun baru
tiba tiba datang seorang pria dalam keadaan mabuk
mungkin umurnya sekitar 30an tahun, bisa disebut cocolok juga
mas yoyok namanya, lalu ia nimbrung ke permainan kartu kami
sesekali permainan kami jadi teracak karena ia mabuk
yang ia obrolkan adalah tentang kehidupannya disini
bahwa ia dulu pernah tinggal di jakarta lalu lari ke jogja
akibat terlibat kasus yang padahal dia tidak terlibat
lalu bertanya akan harga tiket kami, dan tertawa
padahal bisa bayar di dalam saja, lebih murah katanya
paling paling habis sepuluh ribu, celotehnya
pokonya kalau datang lagi ke jogja dan ingin pulang
mampir dulu saja ke tempatnya, di sebelah wc umum
nanti akan ia titipkan ke kondekturnya
lalu datang dua orang wanita, yang dia akui istrinya
mereka meminta uang untuk tahun baruan di malioboro
tampak istrinya berumur 20an tahun
dan yang satu bahkan mungkin 17an tahun
ya memang terlihat sekali kekuasaanya di daerah ini
tak lama datang seorang pria, yang seolah mengadu
akibat ada orang yang melihat dia dengan nada tdak enak
lalu kembali lagi ke tempat kita
tak beberapa lama kemudian datang kereta kami
dan ia pun segera berlalu dari hadapan kami
terakhir adalah perilaku orang di kereta yang seenaknya
tidur selonjoran di bangku, padahal masih banyak orang
yang tak dapat tempat duduk, seperti kami
padahal kami bayar tiket seperti mereka
atau bahkan terlihat beberapa langsung membayar di tempat
inilah mungkin yang dibilang mas yoyok tadi
sangat indonesia sekali bukan? tidak ada kenyamanan
akhirnya dengan terpaksa kami duduk di sela sela gerbong
dan kekesalan teman saya pun muncul
tiap ada yang bolak balik ke wc, dia selalu mengomel
dan sampai di suatu tempat pemberhentian yang
digunakan orang untuk beristirahat di luar, seperti di rel
dan tepatnya ada yang tertinggal, seoarang anak
sehingga keluarganya harus turun di pemberhentian berikutnya
"kepada keluarga x harap turun di stasiun berikut,
karena anaknya bernama y tertinggal"
ya begitulah indonesia, bukan?
soundtrack : peter bjorn and john - young folks
23 Februari, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
segitu parahnya kah indonesia?
:-?
hehehe.
seems like a nice trip, afterall.
=)
Posting Komentar